Penerbit Alquran – Jodoh Itu Takdir atau Pilihan? Menjawab Kebimbangan Antara Ikhtiar dan Pasrah.
“Jodoh, rezeki, dan maut sudah ada yang mengatur.”
Kita semua pasti pernah mendengar ungkapan itu. Namun, khusus untuk urusan jodoh, kalimat ini seringkali menimbulkan kebimbangan besar. Jika jodoh memang sudah ditakdirkan, untuk apa kita lelah-lelah mencari? Mengapa kita harus merasakan sakitnya patah hati karena salah memilih?
Di sisi lain, jika jodoh murni pilihan, mengapa ada orang yang sudah berusaha keras namun tak kunjung bertemu? Dan mengapa ada yang sepertinya begitu mudah menemukan pasangan hidupnya?
Jodoh Itu Takdir atau Pilihan? Menjawab Kebimbangan Antara Ikhtiar dan Pasrah.
Kebimbangan antara pasrah pada takdir dan wajibnya berikhtiar (berusaha) ini sangat wajar. Mari kita luruskan pemahaman ini berdasarkan kacamata Islam yang seimbang.
Memahami Posisi Jodoh dalam Takdir
Pertama, YA, jodoh adalah bagian dari takdir. Nama pasangan kita, kapan kita bertemu, dan bagaimana kita bersatu, semuanya sudah ada dalam ilmu dan ketetapan Allah di Lauhul Mahfudz.
Namun, seperti yang telah kita bahas dalam artikel sebelumnya, takdir terbagi menjadi dua:
- Takdir Mubram: Takdir absolut yang tidak bisa diubah, seperti kapan kita lahir dan siapa orang tua kita.
- Takdir Mu’allaq: Takdir yang “digantungkan” atau dikaitkan dengan sebab-akibat, di mana usaha dan doa kita memainkan peran besar.
Para ulama berpendapat bahwa jodoh termasuk dalam kategori takdir Mu’allaq. Artinya, Allah telah menetapkan skenarionya, namun hasil akhir dari skenario itu sangat bergantung pada ikhtiar (usaha) dan pilihan yang kita ambil.
Ikhtiar Perintah untuk “Memilih”
Jika jodoh murni takdir absolut, Allah tidak akan repot-repot memberi kita perintah untuk “memilih” pasangan. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. An-Nisa ayat 3:
“…maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi…”
Kata “yang kamu senangi” (atau dalam konteks lain, “yang kamu pilih”) adalah bukti nyata bahwa manusia diberi hak dan tanggung jawab untuk melakukan pilihan.
Begitu pula dalam hadits, Rasulullah SAW memberikan kita kriteria dalam memilih:
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari & Muslim)
Perintah “pilihlah” (fadzfar) menunjukkan bahwa ini adalah wilayah ikhtiar. Tugas kita bukan pasrah menunggu, melainkan aktif “menjemput” takdir terbaik kita. Analogi paling mudah adalah rezeki. Rezeki sudah dijamin, tapi kita tetap wajib bekerja, bukan? Jodoh pun demikian.
Bagaimana Sikap yang Benar?
Jadi, jodoh bukanlah “takdir ATAU pilihan”, melainkan “Takdir yang harus dijemput melalui Pilihan.”
Sikap yang benar adalah menggabungkan keduanya secara harmonis dalam dua fase:
1. Fase Ikhtiar (Pilihan & Usaha)
Ini adalah fase di mana kita menggunakan akal dan tenaga kita secara maksimal. Inilah yang dimaksud “mengikat unta”.
- Pantaskan Diri: Fokus memperbaiki kualitas iman, akhlak, dan kepribadian. Ingat janji Allah dalam Q.S. An-Nur: 26, “Yang baik untuk yang baik.”
- Buat Kriteria: Tentukan kriteria pasangan seperti apa yang Anda inginkan, dengan agama sebagai prioritas utama.
- Perluas Jaringan (secara syar’i): Buka jalur perkenalan yang baik, entah melalui perantara orang tua, guru, sahabat terpercaya, atau komunitas yang positif.
- Lakukan Proses (Ta’aruf): Jika ada yang dirasa cocok, lakukan proses pengenalan (ta’aruf) dengan cara yang terhormat dan menjaga batas-batas syariat untuk menggali informasi.
2. Fase Tawakal (Pasrah & Doa)
Ini adalah fase di mana kita menyerahkan hasilnya kepada Allah setelah kita melakukan usaha terbaik.
- Libatkan Allah Sejak Awal: Jangan hanya berdoa di akhir. Minta petunjuk Allah di setiap langkah ikhtiar Anda.
- Shalat Istikharah: Inilah senjata terkuat kita. Setelah kita memilih calon berdasarkan kriteria duniawi kita, kita meminta Allah memilihkan yang terbaik menurut ilmu-Nya yang tak terbatas.
- Ridha pada Hasil: Apapun hasilnya—apakah lanjut atau tidak—terimalah dengan lapang dada. Yakinlah bahwa ketetapan Allah adalah yang paling sempurna, bahkan jika itu terasa pahit di awal.
Pahami Cinta Secara Mendalam Sebelum Memilih
Berbicara tentang ikhtiar memilih jodoh, tentu tidak bisa lepas dari urusan hati dan perasaan yang disebut “cinta”. Namun, cinta adalah lautan yang luas; ada cinta sejati yang menenangkan, ada pula cinta palsu (mabuk asmara) yang membutakan akal sehat.
Bagaimana kita bisa yakin bahwa pilihan kita didasari oleh cinta yang benar? Bagaimana cara mengelola perasaan agar tidak terjerumus dalam cinta yang salah?
Untuk membekali diri Anda dalam fase ikhtar ini, kami di Penerbit Jabal sangat merekomendasikan buku mahakarya:
Taman Orang Jatuh Cinta – Raudhatul Muhibbin

Karya: Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah
Buku ini bukanlah buku romansa biasa. Ia ditulis oleh Imam Ibnu Qayyim, seorang ulama besar yang tidak hanya ahli syariat, tetapi juga dijuluki “Dokter Hati” karena pemahamannya yang mendalam tentang psikologi manusia.
Apa yang akan Anda dapatkan dari buku setebal 464 halaman ini?
- Penjelasan tuntas tentang seluk beluk cinta dalam kacamata syariat.
- Jawaban psikologis mengapa seseorang bisa jatuh cinta.
- Kiat-kiat agar dicintai orang lain dengan cara yang terhormat.
- Cara membedakan antara cinta sejati yang diridhai dan cinta palsu yang menipu.
- Terapi dan cara mengobati “mabuk asmara” yang seringkali merusak.
Semua tentang cinta, dari yang paling agung hingga yang paling rumit, dibahas tuntas di sini. Jangan salah melangkah dalam memilih. Bekali diri Anda dengan ilmu sebelum hati Anda memutuskan.
Dapatkan Buku “Taman Orang Jatuh Cinta” Sekarang!
- Harga: Rp 69.000
- Ukuran: 16,5 x 24,5 cm (Ukuran nyaman dibaca)
- Tebal: 464 halaman
Hubungi kami di Penerbit Jabal untuk pemesanan, atau temukan di toko buku online terpercaya Anda. Investasikan pada ilmu sebelum Anda menginvestasikan hati Anda.










