Resensi Ihya Ulumuddin Bab Menjemput Kematian

Resensi Buku Metode Menjemput Kematian

BEST SELLER
Penulis: Imam Al-Ghazali
Judul Asli: “Dzikir al maut wa ma badahu”
Ukuran: 15.5 X 24 Cm
Tebal: X + 142 hlm
Harga: 40.000

Kitab Ihya Ulumuddin hasil guratan pena teolog Islam paling terkemuka, Imam Al Ghazali, diakui sebagai karya besar yang sulit dicari tandingannya. Skala prestisenya sering diungkap oleh para ulama dalam kalimat ringkas;

“Seandainya semua buku tentang Islam hilang, kecuali Ihya, niscaya cukuplah itu bagi umat muslim”

Bukan hanya terjemahannya yang demikian berserak, telaahnya pun demikian banyak. Membayangkannya, setiap paragraf atau halamannya bahkan dapat menjadi sebuah buku baru. Sedangkan kitab ini terdiri dari puluhan ribu halaman.

Tak heran karya manusia unggul bernama lengkap Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Adz Dzahabi, Siyar A’lam Nubala’ 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/191) ini menjadi salah satu kitab di dunia yang paling banyak dibahas, didiskusikan, dan dijadikan rujukan.

Kitab Ihya Ulumuddin terdiri dari empat pembahasan atau Rubu’, yakni Rubu’ Ibadah, Rubu’ Adat Kebiasaan, Rubu’ Al-Muhlikat (Perbuatan yang Membinasakan), dan Rubu’ Al-Munjiyat (Perbuatan yang Menyelamatkan). Setiap pembahasan terdiri dari 10 kitab.

Buku “Metode Menjemput Kematian (Menyikapi Kematian dalam Perspektif Sufistik)” adalah terjemahan dari kitab ke-10 pembahasan Al-Munjiyat (Perbuatan yang Menyelamatkan), atau kitab penutup Ihya Ulumuddin. Diterjemahkan oleh Ahsin Mohammad dari versi bahasa Inggris berjudul “The Remembrance of Death and The AfterLife” (The Islamic Text Society, Cambridge, Inggris, 1989).

Baca juga: 10 Rekomendasi Buku Islami Terbaik

Salah satu keistimewaan kitab Ihya adalah kemampuan Imam Al Ghazali memaparkan pengetahuannya ke dalam tingkat bahasa yang dapat dipahami banyak orang. Begitu pun dengan buku ini, dalam pengantarnya, penerjemah mengatakan “Metode Menjemput Kematian” ditulis dengan bahasa yang dapat dipahami, tidak ditemukan simbolisme esotoris.

Dalam spiritualitas dikenal dengan dua tipe pemahaman spiritual, pertama “Eksoteris” (Bahasa Lahir) dan “Esoteris” (Bahasa Batin). “Eksoteris” yaitu melihat kulit atau terikat aspek fisik. Sedangkan “Esoteris” merujuk pada hakikat dibalik segala sesuatu.

Tafsir esotoris yang disampaikan dalam buku ini tidak berupa simbol-simbol yang sulit dipahami. Dalam bab ketiga misalnya, Imam Ghzali menggambarkan dengan gamblang betapa luar biasa sakitnya saat sakratul Kematian.

Rasa sakit yang dirasakan selama sakratul Kematian begitu menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh. Orang yang merasakan sakratulKematian merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut setiap urat syarafnya, setiap urat nadinya, persendian, hingga akar-akar rambut.

Rasa sakit sakratulmaut nyaris tidak dapat dibayangkan akal. Lebih sakit dari tusukan tombak, atau sabetan pedang. Para syuhada pada masa perang ketika itu, bahkan memilih mati ditusuk 300 pedang daripada melewati sakratul maut di tempat tidur.

Imam Al Ghazali menulis, janganlah kau bertanya tentang pahitnya dan getirnya kematian ketika terjadi sakratulmaut. Karena itulah Rasullulah SAW bersabda, “ Ya Allah Tuhanku, ringankanlah sakratulmaut bagi Muhammad.” Sakitnya selama sakratulmaut dibahas penuh dalam salah satu bab.

Baca juga: Katalog Buku Islam Penerbit Jabal

Hari kematian, hari kebangkitan, hari perhitungan, dan hari peruntungan manusia atas surga dan neraka, haruslah menjadi perhatian dan tujuan setiap manusia yang berakal. Setiap manusia akan merugi jika kefanaan dunia ini justru menjadi pusat perhatian dalam hidupnya.

Imam Al Ghazali mengajak manusia untuk menjadikan bumi sebagai tempat tidurnya, cacing sebagai karibnya, Munkar dan Nakir teman-temannya, kuburan tempat tinggalnya dan perut bumi tempat peristirahatannya, kebangkitan perjanjiannya, dan surga neraka sebagai peruntungannya.

Tak layak dia melakukan persiapan atau rencana selain untuk menyambutnya. Semua harapan, kepedulian, energi, penantian, dan antisipasi harus dikerahkan untuknya semata. Sangatlah benar jika dia menyadari dirinya termasuk di antara mereka yang telah mati dan sebagai salah seorang penghuni alam kubur, sebab semua yang akan datang adalah dekat, sedangkan yang jauh tidak akan pernah datang.

Nabi Saw. telah bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang mengadili dirinya sendiri dan beramal baik untuk kehidupan akhirat.” Namun mengadakan persiapan untuk menghadapi sesuatu tidak akan mudah, kecuali jika ingatan tentang hal itu senantiasa diperbarui dalam hati. Dan buku ini semata-mata ingin mengajak manusia mengingat-ngingat kematian.

Baca Juga: Penerbit Alquran, Percetakan Alquran, Penerbit Buku Islam & Grosir Buku Islam

Persoalan kematian, dengan sebab dan akibatnya, kondisi alam akhirat, kebangkitan, surga dan neraka, kami nyatakan harus terus diingat dan direnungkan oleh hamba Allah, agar menjadi motivasi untuk berbekal diri. Ini karena perjalanan menuju akhirat telah hampir tiba, dan usia hanya tinggal sedikit. Namun, manusia umumnya melalaikan hal ini.

Buku “Metode Menjemput Kematian” lagi-lagi menyeret kita kembali kepada kesadaran batin. Dunia yang fana dan akhirat yang abadi, adalah dua tempat yang sudah, sedang, dan akan ditempati manusia. Namun, percayalah, dunia yang fana ini bukanlah tempat kita selamanya. Bersiaplah kita menuju kematian.

[ Baca Juga : Rekomendasi Percetakan AlQuran Terbaik ]
Tags: No tags

Comments are closed.